Oleh Abdi   Monday, 10 April 2023
Mengenal Metode Sleep Training pada Bayi
7139 Kali dilihat
Pemerintahan

Di era modern saat ini, seringkali kita mendengar istilah sleep training, atau melatih bayi tidur sejak dini. Apa saja metode dalam menerapkan sleep training tersebut? Lalu, apa keuntungan dan kerugiannya? Berikut kami ulas untuk anda.

Dokter Spesialis Anak Konsultan, Dr. Lenny Syntia Hapiz, dalam program Ruang Sehat TV Tabalong, menjelaskan bahwa sleep training adalah pelatihan tidur bagi seorang bayi agar tertidur nyenyak sepanjang malam tanpa didampingi oleh orang tua.

Sleep training yang tepat dimulai sejak bayi berusia 4 hingga 6 bulan, karena pada usia tersebut ritme sirkadian mulai terbentuk, atau proses internal dan alami yang mengatur siklus tidur-bangun yang diulangi kira-kira setiap 24 jam.

Dr. Lenny menjelaskan ada 4 metode sleep training yang dapat diterapkan orang tua pada si kecil. Pertama adalah No Tears. Metode ini dilakukan dengan cara orang tua, biasanya ibu, hanya duduk menemani si kecil hingga tertidur. Tujuannya agar ia merasa tenang ketika ingin tidur karena melihat wajah ibunya. Rata-rata metode No Tears berhasil saat bayi menginjak usia 1 tahun karena apabila masih terlalu kecil, ibunya tidak tega melakukan metode ini.

Metode kedua adalah Cry-it-Out atau membiarkan bayi menangis sekencang-kencangnya dan meninggalkannya sendirian tanpa perlu menenangkannya. Setelah bayi lelah, ia akan tertidur dengan sendirinya. Cara ini melatih bayi agar dapat menenangkan diri sendiri dan mencari posisi nyamannya. Namun, perlu komitmen dan keteguhan orang tua untuk bisa berhasil.

Apabila dua metode sebelumnya dinilai berat, pemirsa dapat mencoba metode selanjutnya, yaitu Ferber atau membiarkan bayi menangis selama jangka waktu tertentu kemudian menenangkannya. Tak jauh berbeda dengan metode Cry-it-Out, cara ini melatih bayi menenangkan diri sendiri, namun secara bertahap dengan mengurangi kehadiran sosok orang tua. Metode Ferber dapat dimulai pada interval waktu 5 menit, kemudian 10 menit, dan seterusnya hingga pagi tiba.

Metode terakhir adalah whisperer atau fading. Metode dilakukan ketika bayi mulai merasa tidak nyaman. Maka orang tua akan menyanyikan lagu atau suara-suara, menggendong, memeluknya, kemudian meletakkannya kembali di ranjang saat bayi mulai tenang dan belum benar-benar tertidur.

Kunci keberhasilan metode ini adalah kesabaran orang tua karena sebentar-sebentar harus menggendong untuk menenangkan si bayi saat menangis.

“Memang awalnya banyak pertentangan, ternyata setelah dilaksanakan, quality time tidur bayi malah lebih meningkat pada saat ada sleep training ini. Jadi ada syarat khusus, dia itu disarankan sebelum bayi tidur kita harus ada kegiatan malam dulu. Bayi harus ditidurkan, diganti bajunya, diseka atau dimandikan, dipijat bayi. Kemudian bayi harus tidur dalam keadaan tidak lapar, tidak boleh sakit, dan pokoknya dalam keadaan kering.” jelas Dr. Lenny S. Hapiz, dokter spesialis anak konsultan.

Sleep training dapat membantu perkembangan otak bayi karena ia dilatih mengatasi emosinya sendiri dan mandiri sejak dini tanpa bantuan orang tua. Selain itu, sleep training juga meningkatkan quality time antara ibu dan bapak serta waktu istirahat yang cukup panjang, yaitu 6 hingga 8 jam.

Namun, di sisi lain, sleep training dapat membuat bonding berkurang atau keterikatan intens yang berkembang antara orang tua dan anak. Hal ini biasa terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 tahun. Kemudian orang tua harus rela bolak-balik mengecek alasan anaknya menangis selama menerapkan sleep training.

Sleep training juga berpotensi menambah konflik baru apabila masih tinggal serumah dengan orang tua atau mertua. Seringkali terjadi salah paham saat menerapkan metode sleep training karena masih awam di ketahui masyarakat terdahulu. (Alfi Syahrin, TV Tabalong)

Sumber: mc.tabalongkab.go.id