Oleh Media Center   Kamis, 14 Februari 2019
Pengolahan Karet Bokar Bersih Lebih Menguntungkan Petani
1924 Kali dilihat
Ekonomi & Bisnis

Warga Desa MAsingai 1 dan Masingai 2 Kecamatan Upau Kabupaten Tabalong Kalsel sebagian besar warganya merupakan petani karet. Para petani karet sering dipusingkan dengan harga karet yang tidak menentu.

Untuk terus meningkatkan harga karet Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB), salah satunya adalah UPPB Pelita Abadi di Desa Masingai 1.

Kepala UPBB Pelita Abadi Nawianto mengatakan pihaknya berupaya menggandeng masyarakat untuk bisa ikut serta mengembangkan usaha milik bersama yang dikelola oleh kelompok tani.

Petani biasanya menjual karet dalam bentuk karet basah dengan harga Rp 7.600 perkilogram, melalui UPPB Pelita Abadi bersedia membeli dengan harga Rp 8.250 per kilogram dalam bentuk karet kering dan bersih.

Nawianto menjelaskan sebelum dijual karet basah diinapkan dulu selama satu malam untuk mengurangi kadar air sebesar 15 persen.

"Karet yang sudah diinapkan satu malam kemudian ditimbang dan langsung dibayar ke petani, perlu diinapkan satu malam untuk menyamaratakan harga," ujarnya, Rabu (13/02/2019).

Daryoto Seksi Pemasaran UPBB Pelita Abadi mengatakan sampai saat ini hanya sekitar 40 petani yang mau bergabung dan menjalankan sistem penjualan karet kering.

"Sisanya masih lebih memilih untuk menjual karet dalam bentuk basah, alasannya mungkin memang lebih mudah dan tidak menunggu satu hari untuk pembayaran karet, padahal jelas lebih menguntungkan jika menjual dalam bentuk karet kering," ungkapnya.

Dalam satu minggu UPPB Pelita Abadi bisa mendapatkan 3 hingga 4 ton karet kering dan bersih dari petani, yang kemudian selama dua minggu sekali dikirimkan di pabrik PT KArias Tabing di Kabupaten Hulu Suungai Utara (HSU) untuk dijual dengan harga Rp 10.700.

"Kami selalu transparan kepada petani dan anggota kelompok mengenai harga pabrik dan harga produksi untuk pengembangan UPPB," ungkapnya.

Saat ini yang masih menjadi kendala adalah permodalan, UPPB Pelita Abadi berharap adanya bantuan modal agar pembayaran langsung ke petani karet tidak ada penundaan. Karena perputaran hasil dilakukan selama satu bulan, padahal pembelian karet ke petani dilakukan setiap satu minggu sekali.

"Kami harus ada uang mengendap sekitar Rp 100 juta lebih untuk bisa membeli karet para petani, sebelum mendapatkan hasil dari penjualan langsung ke pabrik," ungkapnya. (Reni Kurniawati)