ellipse

Motto Daerah

Menilik Peradaban Awal Kabupaten Tabalong

Pada 1 Desember 2022, Kabupaten Tabalong genap berusia 57 tahun. Namun pada kenyataannya, eksistensi wilayah ini sudah ada sejak berabad-abad lalu. Hal tersebut dapat diketahui dari sejumlah peninggalan purbakala dan gua hunian, yakni Gua Babi dan Gua Tengkorak yang berlokasi di Desa Randu, Kecamatan Muara Uya.

Para ahli menyebutkan, peninggalan purbakala dan dua gua hunian tersebut menjadi petanda keberadaan sekelompok manusia prasejarah. Yang diyakini merupakan ras Austrolomelanesia dan telah mendiami wilayah tersebut pada 8000 tahun sebelum masehi.

Sementara untuk mengetahui jejak peradaban awal di Kabupaten Tabalong, kita bisa menelusuri jejak sejarah Kerajaan Tanjungpuri yang berdiri sekitar abad ke-5 masehi. Konon katanya, Kerajaan Tanjungpuri didirikan oleh bangsa Melayu yang bermigrasi dari Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-4 masehi.

Masyarakat Melayu tersebut kemudian mendirikan pemukiman di pesisir Sungai Tabalong, dan mulai bersosialisasi dengan suku asli setempat, yakni Orang Maanyan, salah satu subsuku Dayak tertua di Pulau Kalimantan dan diyakini sebagai masyarakat asli Tabalong. Bahkan tidak sedikit pula masyarakat Melayu yang kemudian menikah dengan Orang Maanyan. Buah hati dari proses amalgamasi tersebut kemudian diyakini sebagai leluhur Orang Banjar.

Seiring berjalannya waktu, terjadi akulturasi di antara kedua suku tersebut. Tak hanya itu, kedua suku bahkan sepakat membentuk aliansi dengan membangun Kerajaan Nan Sarunai. Kerajaan yang diyakini berada di Amuntai,

daerah yang terletak di pertemuan Sungai Negara, Sungai Tabalong, dan Sungai Balangan tersebut disebut-sebut sebagai embrio entitas masyarakat Kalimantan Selatan serta cikal-bakal Kesultanan Banjar.

Sejarawan Amerika Jared Diamond menyebutkan, ekspansi Kerajaan Nan Sarunai mencapai ke wilayah Afrika Timur, tepatnya di Kepulauan Komoro dan Madagaskar. Ekspansi tersebut dilakukan jauh sebelum Bangsa Eropa datang menjelajah Benua Asia dan Afrika.

“Fakta tunggal paling memukau dari geografi manusia, bahwa pulau-pulau di Afrika Timur, Kepulauan Komoro dan Madagaskar memiliki pengaruh kebudayaan Asia dan Afrika,” ungkap Jared.

Deretan jejak sejarah peradaban tersebut secara tidak langsung turut berkontribusi membangun karakteristik masyarakat Tabalong, yang dinamis, tangguh dan terbuka dalam mengatasi perubahan serta tantangan zaman. Senada dengan semboyan Saraba Kawa, yang bermakna “serba bisa.” Adapun makna lebih rinci dari semboyan tersebut dijabarkan lewat tiga kata pusaka, yakni Kawa Baucap, Kawa Manggawi dan Kawa Manyandang.