Oleh Media Center   Tuesday, 20 August 2019
Tradisi Batamat Alquran Awali Gelaran TEF VIII
1070 Kali dilihat
Khas Daerah

MediaCenter,Tabalong – Even budaya tahunan Tabalong Ethnic Festival (TEF) kembali dilaksanakan untuk yang kedelapan kalinya dari 19-25 Agustus 2019.

Dimulainya rangkaian TEF VIII ini ditandai dengan prosesi Tradisi Batamat Alquran, di Masjid Al Aberar Islamic Center Tabalong, Senin (19/8/2019).

Pada kesempatan itu Wabup H. Mawardi yang hadir mewakili Bupati Tabalong, juga secara resmi membuka pelaksanaan TEF VIII 2019.

Mawardi yang membacakan sambutan tertulis bupati, menyambut baik dan mengapresiasi diselenggarakannya even budaya ini.

Terlebih pada awal pembukaan, kegiatan ini di kemas bernuansa agamis dengan betamat Alquran.

“Batamat Alquran ini tentunya sesuai dengam visi misi daerah kita yang agamis,”tuturnya.

Dilanjutkannya, dengan digelarnya TEF VIII ini menjadi salah satu bukti semua masyarakat Tabalong memiliki kepedulian dan perhatian yang besar terhadap pembinaan serta pengembangan etnik dengan segala ciri khas budayanya.

“Untuk itu sebagaimana mungkin pelestarian budaya harus dilakukan secara terus menerus , terarah dan terpadu,” ujarnya.

Sebab dengan adanya TEF ini, imbuhnya merupakan bagian upaya dalam rangka melestarikan budaya yang berakar kuat pada kearifan lokal yang mesti terus dijaga.

“Jadi secara khusus tujuan besar diadakan pelestarian budaya melalui festival ini adalah untuk merevitalisasi budaya,” ujarnya.

Kedepan diharapkan even ini tidak saja menjadi agenda besar di tingkat lokal, tetapi bisa dikembangkan menjadi agenda tahunan regional.

“Saya yakin melalui komunikasi efektif dan terbuka, kedepan festival ini akan menjelma menjadi even festival go internasional,” ucap Mawardi.

Sementara, ketua pelaksana TEF VIII, Neo, mengatakan kegiatan Khataman Alquran ini diikuti kurang lebih sekitar 250 santri yang berasal dari TPA Al Abrar Islamic Center dan TPA Al Ihsan PT Pamapersada Nusantara.

Harapannya dengan kegiatan ini agar budaya Islam berupa tradisi betamat ini nantinya lebih mengakar kepada masyarakat terutama anak-anak muda milenial zaman sekarang.

Disampaikannya juga, untuk penyelenggaran TEF VIII 2019 melibatkan sekitar 200 relawan muda dan ada perbedaan dibandingkan pelaksanaan tahun sebelumnya.

“Tahun kemarin kan kami menyelenggarakan di lima titik lokasi, sedangkan tahun ini hanya tiga lokasi saja. Hal itu dikarenakan salah satunya keterbatasan kemampuan memobilisasi sumber daya,”ucap Neo.

Adapun tiga titik lokasi yang digunakan di Islamic Center untuk menggelar dengan tradisi betamat, di Desa Sunga Hanyar, Kecamatan Banua lawas untuk festival tikar purun, terakhir di Tanjung Expo Center berbentuk Expo dan sejumlah pertunjukan.

Termasuk untuk karnaval Ethnic Fashion Days yang menjadi acara utama TEF, mulai tahun ini juga dicoba mulai diubah konsepnya.

Dimana akan dimulai untuk menampilkan kekhasan dengan menampilkan karya busana yang mengandung unsur kayu deluang.

Ini dipilih agar Ethnic Fashion Days di TEF kedepannya memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan karnaval-karnaval lainnya yang hampir serupa.

Neo juga menambahkan bersama relawan pihaknya berkomitmen untuk tetap menghadirkan TEF sebagai salah satu even yang dinantikan di Kalsel bahkan di Indonesia.

“Ini yang selalu akan menjadi tekad kami sekarang dan di masa yang akan datang, agar senantiasa terus berkarya, berkontribusi bagi pengembangan dan pelestarian seni dan budaya di banua , sebab dengan ini nantinya bisa menumbuhkan kecintaaan untuk generasi muda,”pungkasnya.

Terpisah Direktur Perkumpulan Pusaka, Firman Yusi, ketika diwawancarai, menjelaskan, hiasan yang dipakai para santri dalam tradisi batamat Alquran ini memiliki filosofi ketika mereka sedang melakukan kegiatan khatam maka posisi mereka akan diagungkan ibarat seorang raja.

“Seperti payung kembang itu menggambarkan sosok kebesaran, yang biasanya hanya dipakai oleh para raja,” jelasnya.

Ini nantinya juga sebagai motivasi kepada santri agar lebih bersemangat sesegara mungkin untuk mengkhatamkan bacaan Alquran.

TEF sendiri merupakan even festival budaya tahunan yang diinisiasi Perkumpulan Pusaka sejak tahun 2011 bersama PT Adaro Indonesia melalui program CSR. (MC Tabalong/Sy)